KOTA BEKASI, Beritapublik.co.id – Kota Bekasi adalah kumpulan desainer-desainer yang handal di Indonesia. Namun, sayangnya kedekatan jarak antara Kota Bekasi dan Jakarta membuat para desainer terkenal seringkali menyoal Jakarta sebagai asal wilayahnya tersebut.
Tak ingin hal ini berlangsung secara berkala, gelaran fashion week sudah dihelat. Meskipun digelar untuk kedua kalinya, panitia penyelenggara sudah meyakini bahwa, kegiatan ini merupakan acara terbesar di Kota Bekasi. Sebelumnya, kegiatan yang senada pernah digelar pada 2017 lalu.
Berbeda dengan acara sebelumnya, tahun ini, 44 desainer meramaikan Bekasi Fashion Week 2019 yang digelar di Summarecon Mall Bekasi selama tiga hari pada Kamis (25/4) hingga Minggu (28/4).
Saat ini, Bekasi Fashion Week 2019 mengusung tema ”Ayo Batik-in Bekasi”. Konsep tersebut diyakini dapat memperkenalkan batik Bekasi ke dunia luar.
Sejumlah desainer ternama seperti Athan Siahaan, Nina Nugroho, dan Akeyla Naranya, yang merupakan desainer cilik asal Bekasi akan menampilkan karya terbaik mereka.
Tak hanya itu, Koperasi Komunitas Batik Bekasi (Kombas) ikut meramaikan ajang yang didukung langsung Pemkot Bekasi.
Athan Siahaan misalnya, desainer yang lebih banyak merancang busana wanita ini akan keluar dari zona nyaman dengan mendesain baju untuk pria.
”Kita tampilkan busana dari kain ulos berusia ratusan tahun, tepatnya sekitar 350 tahun, di Bekasi Fashion Week 2019 ini, ” kata Athan.
Pria yang akrab disapa Athan ini, semakin melambung di dunia mode, tak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri, bahkan pihaknya, juga sempat mengunjungi Moscow untuk mengadakan fashion show. Pria yang menekuni dunia mode sejak 10 tahun ini sengaja membuat rancangan designnya dari tenun ulos, tenun khas orang Batak.
“Saat itu, saya tidak ingin berangkat ke event penting ini. Namun, pihaknya memutuskan untuk berangkat pada last minute demi memajukan wastra nusantara yang ada di Indonesia. Ia ke Moscow diundang dalam sebuah event Festival Indonesia Moscow,” kenang Athan.
Alasan Athan memlilih ulos yakni, karena ulos itu unik, berbeda dengan kain-kain yang ada di nusantara. Jika, kain di daerah lain sudah jelas penggunaanya, sementara ulos selama ini hanya dipakai sebagai sarana upacara adat.
“Ketika orang Batak melakukan upacara adat yang sakral, ulos dipakai sebagai alat untuk menyampaikan rasa syukur,” tambahnya.
Dari sinilah Athan yang sudah melakukan fashion show di beberapa kota di Indonesia ini mengembangkan idenya untuk mengangkat ulos sebagai sebuah maha karya yang menarik dan disukai lebih banyak orang.
Menurutnya, sebenarnya,sebelum ulos dikenal seperti sekarang ini, leluhur orang batak memakai ulos sebagai kain, namanya haen. Haen itu sama artinya dengan kain zaman sekarang. Jadi, orang batak sebelum menggunakan ulos untuk upacara adat yang sakral, mereka telah menggunakan ulos sebagai kain. Selain itu, ulos dipakai juga sebagai selimut.
“Saya mencoba memakai ulos dengan cara yang berbeda, jadi karya yang diciptakan dari kain ulos banyak yang menjadi karya yang memukau,” tambahnya.
Sebelumnya, Athan pernah mengeluarkan kain ulos motif si bolang dengan warna alam. Ulos sibolang adalah ulos sakral untuk acara kedukaan.
“Saya peenah membuat ulos ini dengan pewarna alam dari indigo dan buah ketapang yang menghasilkan warna biru kehitam-hitaman,” jelasnya.
Tak hanya itu, Athan pernah menggelar fashion show di pelataran Candi Borobudur. Di event Umbrella International Festival, ia juga telah menampilkan seluruh rancangannya yang pernah ditampilkan di Moscow ditambah dengan aksesori payung tradisional Indonesia.
“Selama ini Ulos yang sudah menjadi jati diri orang Batak seringkali dikaitkan dengan upacara-upacara yang sakral,” ungkap Athan.
Athan juga menceritakan bahwa, inspirasinya adalah saat melihat kain-kain batik yang berasal dari Yogya bisa dipakai kapan saja, akhirnya kepikiran kenapa Ulos tidak dibuat begitu juga?” Cerita desainer yang sudah menggeluti dunia fashion selama Sepuluh tahun ini.

“Style yang dihadirkan menawarkan karakter wanita Indonesia yang kuat dan tangguh. Koleksi kita memang menjadi ajang perdana bagi Athan unjuk gigi mengeksplorasi Ulos tanpa menghilangkan jati diri seorang Batak,” tegasnya.
Sebelimnya, Athan menggunakan kain nusantara dalam rancangannya. Ia pernah meluncurkan koleksi Batik Kawung, Songket Padang, Tenun Ikat Lombok, Tidayu Sambas dan yang terbaru, UlosBatak.
“Kain nusantara itu bagus-bagus dan layak bersaing dengan trend mode fashion internasional,” jelasnya.
Rancangan desainer ini, bisa dibilang eksklusif, pasalnya untum tiap kainmemiliki detil, corak dan motif berbeda-beda dengan kain yang lain.
Athan berharap, kedepan bisa menggali lagi potensi wastra nusantara pada karya-karya selanjutnya.
“Kami juga membidik lurik. Karena, selama ini lurik selalu kaku model bajunya dan hanya dimodifikasi untuk tambahan saja. Saya sudah keluarkan dress resmi dari bahan lurik,” pungkasnya. (Nia/Len)