KOTA BEKASI – Sosok Kepala Kantor BPN Kota Bekasi, Muhammad Irdan adalah orang yang amat peduli terhadap pendidikan dan gemar menuntut ilmu.
Pria kelahiran Palembang, 2 Mei 1963 bahkan sampai harus menempuh ilmu hingga ke luar negeri alias negeri orang.
Menamatkan gelar S1 jurusan teknik yudisi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1988, ia lantas melanjutkan pendidikan Master jurusan administrasi pertanahan atau S2 di University News South Wales Australia pada tahun 1995 hingga 1997. Tidak berhenti disitu, Irdan kemudian menyempurnakan pendidikannya dengan mengambil gelar doktor ekonomi lingkungan dan sumber daya alam di University Kebangsaan Malaysia pada tahun 2002 hinga 2010.
Selain mengambil S2 di University New South Wales, Irdan juga kuliah di Kampus Universitas Krisna Dwipayana (Unkris) mengambil jurusan administrasi publik.
Irdan menjelaskan, dirinya bisa kuliah di Australia karena tugas. Setelah menamatkan studinya, ia kemudian bekerja di proyek Bank Dunia sampai 2002.
“Tahun 1990 saya masuk BPN setelah sebelumnya kerja di Swasta. 1995 saya ditugaskan belajar hingga 1997 di Australia. Selanjutnya saya bekerja di proyek Bank Dunia dibagian menejemen suport,” kata dia, Senin (11/3).
Irdan lantas bercerita perjalanan karirnya hingga seperti saat ini, yakni menjadi Kepala Kantor di Kota Bekasi.
Awal mula karir, tepat tahun 1990 dirinya ditugaskan di Palembang sampai 1995. Dari 1995 ke 1997, Irdan lantas ditugaskan belajar di Australia.
Sepulang belajar di Australia ia lantas bekerja di proyek Bank Dunia hingga 2002.
“Sekembalinya menyelesaikan proyek Bank Dunia saya lantas menjabat salah satu kasubdit atau pejabat eselon di pusat di Jakarta,” kata dia.
Tahun 2013 hingga 2014 dirinya menjabat sebagai kepala kantor di Kota Batam.
Sedangkan tahun 2014 Irdan lantas ditugaskan di Kanwil Lampung menjabat sebagai kepala bidang.
Kemudian, sejak 2017 sampai saat ini, ia lantas menjabat Kepala Kantor BPN Kota Bekasi.
Irdan menjelaskan, bekerja di bidang pelayanan masyarakat bukanlah hal mudah. Banyak suka dan duka yang ia alami.
“Dukanya itu ketika kita tidak bisa memberikan pelayanan tepat waktu. Sehingga masyarakat menjadi kecewa,” kata dia.
Tidak hanya itu, kadang kala ia harus siap juga berurusan dengan hal berbau hukum jika terjadi masalah dalam persoalan pertanahan.
Tapi apapun itu, hal tersebut merupakan bagian dari risiko tugas yang harus diambil.
“Kita harus siap dibawa-bawa dalam urusan tanah. Bahkan sekalipun kita sudah pensiun kita masih bisa disangkut pautkan dengan persoalan. Dan itu kita harus siap,” tandasnya.
Di samping itu, selama bekerja di BPN dirinya harus siap kehilangan waktu terutama bersama keluarga.
“Tidak jarang tugas saya bawa ke rumah, untuk saya cek. Untuk Kota besar macam Bekasi ini, animo masyarakat terhadap kebutuhan pengurusan sertifikat tanah ini tinggi jadi kita harus siap,” pungkasnya. (Nia)