JAKARTA, Beritapublik.co.id – Pemberitaan terkait pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) menyebar secara masif, baik pada media konvensional maupun media baru. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengakses konten tersebut sebagai khalayak media. Kendati demikian, masifnya penyebaran informasi ini, membuat World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa, telah terjadi pandemik informasi (infodemik) atas isu COVID-19 di dunia.
Fenomena ini memicu LSPR Communication and Business Institute melakukan penelitian guna menghimpun data terkait infodemik tersebut di Indonesia.
Sejak munculnya berita COVID-19 di Indonesia, ketidakpastian menyelimuti masyarakat Indonesia sehingga memicu berbagai sikap dan tanggapan. Media baru kemudian menjadi wadah komunikasi yang paling cepat, mudah, dan dianggap powerful dalam menampung ‘hiruk pikuk’ keresahan masyarakat. Media daring dan media sosial menjadi sasaran utama guna berbagi konten informasi, maupun berinteraksi sebagai bentuk respon terhadap konten yang tersaji.
Dr. Lestari Nurhajati, Rudi Sukandar, Rani Chandra Oktaviani, dan Xenia Angelica, mewakili Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat LSPR Communication and Business Institute, melakukan penelitian dalam bidang literasi isu COVID-19 di Indonesia.
Penelitian tersebut, mengkaji perbincangan masyarakat dengan spesifikasi “Corona Indonesia” di media daring dan media sosial pada periode 2 Maret hingga 7 April 2020.
Berdasarkan big data analysis dari total 23.339 pembicaraan, diketahui komposisi 8.855 pembicaraan dilakukan melalui website. Sementara itu, pembicaraan lainnya, terdata 1.584 di facebook, 2.904 di Youtube, dan 9.885 di Twitter.
Tak hanya itu, penelitian ini mendeskripsikan bahwa, konten perbincangan ‘Corona Indonesia’, memperlihatkan pergerakan informasi yang mengarah ke sentimen positif maupun netral secara bertahap.
Selain itu, selama dua minggu, data pertama tone-nya sangat negatif, dilakukan lebih berhati-hati dan tidak begitu masif. Kemudian, pada minggu ketiga dan keempat perbincangan terkaait Corona lebih menyebar, dengan tone yang mulai beragam baik itu positif, negatif maupun netral.
Sementara itu, komposisi perbincangan di website lebih positif dibandingkan dengan Facebook dan Youtube. Meskipun di Youtube lebih banyak, tapi tone-nya sangat negatif.
Dr. Lestari mengatakan, melalui penelitian tersebut terlihat bahwa perbincangan topik Corona di Indonesia bergerak dari yang sebelumnya lebih banyak di media sosial, ke arah platform website karena banyaknya portal berita yang terpercaya.
Menurutnya, topik dan kata yang sering muncul dalam perbincangan, berubah dari yang awalnya mengenai pasien, virus, positif, menjadi berkaitan dengan kebijakan pemerintah terhadap wabah Corona. Misalnya, perubahan yang dimaksud, terdata pada kata pemerintah, sosial, pembatasan, dan sebagainya.
“Informasi lengkap Big Data Analysis ini telah dirilis oleh LSPR. Silakan dapat diakses pada www.lspr.edu pada segmentasi khusus update mengenai COVID-19 dan di laman khusus Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Publikasi LSPR,” kata Dr. Lestari, disela-sela kesibukannya, Selasa (5/5).
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk responsif LSPR menanggapi isu COVID-19, termasuk mewadahi kebutuhan akan informasi yang akurat dan terkini.
“Hasil penelitian ini menegaskan, eksistensi LSPR dalam bidang penelitian. LSPR merupakan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terkemuka yang mengambil peran strategis dalam mitigasi COVID-19 di Indonesia,” kata Rektor LSPR Communication & Business Institute Dr. Andre Ikhsano.
Sekadar informasi, LSPR merupakan salah satu PTS terbaik di Indonesia dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Kampus.
Kini, LSPR unggul dalam menyajikan program pendidikan melalui sistem online selama masa pandemik berlangsung. Hal ini dituangkan sebagai konsep LSPR OMNI. Konsep ini menjadi acuan seluruh sivitas akademika dalam menjaga keberlangsungan kegiatan LSPR yang berkualitas.
“LSPR OMNI adalah prinsip dasar pengelolaan kegiatan akademik dan non akademik di LSPR, baik secara offline maupun online. LSPR telah diakui unggul secara offline (baca: KBM di kampus), dan kita tetap mempertahankan saat KBM beralih ke sistem online,” ungkap Founder & CEO LSPR Communication & Business Institute Prita Kemal, Gani.
Seluruh fasilitas layanan kampus bermigrasi menjadi online, seperti layanan akademik, biro thesis, Career Centre, dan Student Service. Kegiatan non-akademik, seperti LSPR Club tetap dilaksanakan melalui webinar, hotline, e-mail, Zoom dan Hangout Meeting, hingga WhatsApp Call/Video Call.
Disamping itu, LSPR melakukan penyemprotan cairan disinfektan di area kampus. Terdapat, sterilizer room dengan menggunakan cairan sabun antiseptik, melakukan pengecekan suhu, dan penyediaan hand sanitizer serta sabun mencuci tangan.
“Layanan konsultasi untuk mahasiswa seperti Student Guidance Office dan juga layanan psikolog, juga tetap beroperasi secara online. Kami menilai ini sangat penting di tengah pandemik untuk memperhatikan kesehatan fisik dan mental,” pungkasnya. (Nia/ Len)
Komentar