oleh

Tahun Baru Imlek di Kelenteng Hok Lay Kiong Dirayakan Secara Sederhana

KOTA BEKASI, Beritapublik.co.id – Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Kelenteng Hok Lay Kiong yang berlokasi di Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Jawa Barat memilih tidak merayakan Tahun Baru Imlek secara berlebihan. Mengingat, Kota Bekasi baru-baru ini terkena musibah banjir, yang hampir melumpuhkan ‘Kota Patriot’ pada awal 2020.

 

“Mengingat pada awal tahun ini pasalnya situasinya ketika ada musibah di Kota Bekasi, dan juga tidak banyak umat dari sini juga terkena musibah tersebut,” ungkap Biokong (63) salah satu pengurus Kelenteng Hok Lay Kiong saat ditemui, Jumat (24/1).

 

Menurutnya, banyak umat yang tidak berasal dari wilayah Bekasi. Sehingga, Kelenteng Hok Lay Kiong tidak merayakan Tahun Baru Imlek dengan cara berlebihan, termasuk menggelar pesta kembang api. “Mengingat ini Tahun Tikus, maka acara akan diselenggarakan dengan sederhana,” kata Biokong.

Tak hanya itu, pihaknya juga tetap mempersiapkan seluruh susunan acara, termasuk merapihkan bagian-bagian dari Kelenteng yang masih kurang sedap dipandang. Misalnya, merapihkan bagian dinding Kelenteng, dan memandikan rupang para dewa misalnya.

Selain itu, ada juga pemandian rupang-rupang yakni kegiatan yang wajib dilakukan dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Pasalnya, hal yang mendasar yang perlu diperhatikan.

“Jadi, satu per satu rupang dimandikan dengan air bunga, yang diyakini para dewa dipercaya tengah naik ke langit meninggalkan rupang,” kata Biokong.

Bahkan, pihaknya juga sudah mulai pemasangan lilin yang berasal dari umat di sini. Lilin-lilin itu diberikan dari para warga yang ada di sekitaran Kelenteng.

“Ada 200 lilin yang diberikan dari umat. Biasanya sampai H-1 umat masih memberikan lilin,” kata dia.

Pada perayaan Tahun Baru Imlek di Kelenteng ini, dia memperkirakan sekira 1.000 umat Tionghoa akan memadati Kelenteng. Sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka biasanya sudah berkumpul dari pagi hari hingga malam hari.

BACA JUGA :  Ratusan Santri Kota Bekasi Hadir di Acara Pembukaan Hari Santri 2019

“Nantinya para umat biasanya datang dari pagi hari hingga malam. Biasanya ramainya dari jam 9 malam sampai tengah malam,” jelasnya

Pernak-pernik

Meski perayaan Imlek 2571 baru digelar Sabtu (25/1), pedagang pernak pernik di Pasar Proyek, Bekasi Timur sudah kebanjiran pesanan sejak 1 bulan sebelum perayaan Tahun Baru Imlek.

Wawa (29) misalnya, dirinya sudah kebanjiran pesanan sejak 1 bulan sebelumnya. Pemesan rata-rata berasal dari luar Kota Bekasi, seperti Bogor, Bandung. Pemesan di kedua kota itu biasanya memesan lampion sejak 1 bulan sebelum perayaan. Bahkan, ada yang dua bulan sebelumnya.

“Kemarin, ada orang Bogor minta lampion sebanyak 50 untuk perayaan nantinya,” terangnya saat ditemui belum lama ini.

Kendati demikian, harga pernak-pernik saat ini terbilang mahal, para pemesan tidak menghiraukan hal tersebut. Mereka seperti telah memperhitungkannya. Misalnya, harga lampion, kata Wawa, saat ini telah mencapai Rp75 ribu per buah. Padahal, tahun lalu masih pada angka Rp50 ribu. Apalagi, bunga material lampion tengah mahal.

Selain lampion, Wawa menjual tempelan gambar shio, gantungan khas, amplop angpao, dan lainnya. Menurutnya, bila sudah memasuki hari H perayaan Imlek, biasanya semakin ramai.

“Karena mungkin, enak dadakan kali ya. Tapi ada yang jauh-jauh hari seperti di luar daerah,” kata dia.

Dodol China Jadi Primadona

Dodol China sudah menjadi tradisi setiap menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. Ibarat dua hati, yang sulit dipisahkan. Sehingga ini melekat menjadi tradisi turun temurun.
Seperti Dicky (45), pemilik dapur kue keranjang di Desa Karangasih, Kecamatan Cikarang Utara, selalu kebanjiran pesanan ketika Imlek tiba. Berdiri pada tahun 1995 dapur kue keranjangnya selalu menerima permintaan hingga ratusan ribu kue keranjang menjelang Tahun Baru Imlek.

BACA JUGA :  Ikatan Pesantren Indonesia Serukan Masyarakat Jangan Terpecah Belah di Tengah Pandemi Corona

Saat ini Dicky mengaku tengah memproduksi sedikitnya 2,1 ton kue keranjang per hari untuk memenuhi permintaan pelanggan. Alhasil, mereka terus menggenjot produksi untuk memenuhi permintaan pasar dari dalam dan luar kota.

“Sejak awal Januari sudah mulai banyak pesanan yang masuk. Awalnya cuma beberapa Kilogram tapi sekarang sudah lumayan banyak, sampai tembus 1 ton lebih per hari,” kata dia belum lama ini.

Tahun ini, dirinya sudah membuat sekira 6.300 buah dodol. Terlebih, dirinya sudah memiliki cukup banyak pelanggan tetap. Selain beredar di Kabupaten Bekasi kue keranjang buatannya juga dikirim ke pelanggan di luar kota seperti Jakarta, Bogor, serta Bandung yang menjadi pasar terbesar.

“Pernah sampai ke Belanda tapi ya baru sekali. Paling banyak Bandung yang pesan, kan mungkin banyak vihara di sana. Kalau di Cikarang sendiri justru sedikit. Makanya yang banyak itu dikirim ke luar kota,” kata dia.

Selain kue keranjang, dapur rumahnya juga memproduksi kue susun yang biasa digunakan untuk jamuan beribadah. Baik kue keranjang maupun kue susun Candra menjualnya seharga Rp30 ribu per Kilogram.

“Karena memang isinya sama, itu-itu juga. Cuma kalau kue susun dibentuk, disusun. Ada yang isinya tiga, lima, tujuh atau sembilan, pokoknya ganjil,” katanya.

Saat ramai pesanan seperti sekarang Candra mengaku bisa meraup omzet Rp60 juta hingga Rp70 juta dalam sehari hanya dari penjualan kue keranjang saja. (Nia/Len)

Komentar

Tinggalkan Balasan

News Feed