KOTA BEKASI – Selain marawis, jenis musik Islam yang juga begitu dekat dengan masyarakat Indonesia adalah gambus. Gambus merupakan salah satu musik yang telah berusia ratusan tahun dan sampai kini masih tetap populer. Gambus mengajak masyarakat mendekatkan diri pada Allah dan mengikuti teladan Rasul-Nya.
Suara dan petikan gambusnya bukan saja digemari di Indonesia, tapi juga di Timur Tengah. Namun, seiring dengan perkembangannya, kesenian gambus ini sudah mulai jarang dipergunakan, apalagi di masyarakat umum. Kelompok masyarakat yang masih sering memainkannya adalah masyarakat Arab keturunan.
Komunitas Arabian Musik (KAM) sudah berpengalaman dari tahun 2012, selain menyediakan Layanan Hiburan Musik Gambus kami juga menyediakan Layanan Penyewaan, seperti: Sound System, Panggung, Lighting, Ondel-Ondel & Stand Bazaar.
“Kami juga menjual berbagai Alat Musik Islami, Aksesoris & T-shirt yang Siap di Kirim Ke Seluruh Indonesia,” ungkap Husein Assegaf selaku Presiden Komunitas Arabian Musik (KAM) disela-sela kesibukannya, Rabu (13/3).
Komunitas Arabian Musik (KAM) berdiri sejak 5 tahun berjalan. Secara konsep, komunitas ini lebih mengikat teman-teman yang berkecimpung dalam seni islami. Seperti ada marawis, hadroh, dan disebut sebagai gambus. Misalnya, marawis atau hadroh biasa dikenal dengan sebutan percussion atau dikenal sebagai perkusi. Memang hanya sebuah alat tradisional perkusi. Sedangkan gambus lebih ke dalam universal musik. Hanya saja nuansa arabian atau pada umunya orang biasa bilang lebih islami.
Pria yang akrab disapa Husein ini mengatakan, dengan mengumpulkan orang-orang seperti ini, tidak bisa dipungkiri, bahwa musik saat ini digeluti dan disukai sebagian kalangan. Meskipun, sekarang telah berkembang, apalagi marawis sudah banyak orang tahu. Hadroh juga banyak orang tahu, serta gambus juga tahu. Namun, sebagai pelaku seni sendiri harus mengakui bahwa, musik seperti ini masih dalam lingkup kalangan.
“Target usia untuk kalangan, tidak ada batasan untuk kalangan usia. Hanya saja harapan dari teman-teman anak muda. Hal ini dilakukan untuk menghindari kenakalan yang dilakukan para anak-anak, remaja dan dewasa, dengan kebiasaan nongkrong, artinya dengan mengikuti komunitas ini, banyak teman-teman yang fokus bermusik. Sekarang, bukan waktunya menyalahkan musik, terkadang lingkungan yang tidak tepat, kita juga harus memberitahu seperti apa musik yang kita jalani saat ini,” ungkap Husein saat ditemui di tempat Bascamp KAM, Jalan Laskar Dalam Rt05/02 Kelurahan Pekayon Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan.
Husein bersama teman-temannya dan anak muda lainnya secara umum memilih menggunakan jenis musik gambus karena, pihaknya mengaku, memiliki keturunan, sehingga budaya tidak bisa lepas.
Tak hanya itu, lanjut Husein, rasa suka itu dikembangkan melalui seni jad harus diimbangi. “Berawal dari seni lalu harus kita kembangi bahwa, seni itu menjadi musik. Musik itu hal yang tidak sepele, namun bisa dijadikan hal yang profesional, kemudian jadi sumber rejeki. Apakah kalian ingin menjadikan musik itu hanya sekadar hobi atau secara profesional. Kalau sekedar hobi, hanya hobi saja tidak akan menjadi apa-apa,” kata Husein.
Namun, apabila dikembangkan secara profesional nantinya akan menjadi apa yang diinginkan. “Saya hadir setiap SMP, jika ada yang ingin bergabung untuk komunitas ini yakni, diawal lebih ke silahturahmi saja. Kita juga menggelar ajang silahturahmi setiap Selasa malam Rabu, bahkan yang hadir umumnya bukan hanya teman-teman yang menggunakan alat musik atau bisa main musik saja. Namun, untuk menjaga lingkungannya. Daripada mereka suka hal-hal yang negatif. Bukan saya berbicara bahwa musik kami paling positif. Namun, faktor lingkungan paling tidak ada benteng islami yang menjembati kita dari hal-hal negatif,” tutur Husein.
Saat ini Komunitas Arabian Musik gambus sudah mencapai 40 group sampai 51 group. 1 group bisa menampung 5 hingga 10 orang. Jika berbicara soal member group. Kita bukan hanya di Bekasi, kTambun, Karawang, Cikampek, Subang, dan Bandung.
“Di Bekasi ada 10 group di Bekasi, setiap malam Selasa pada Rabu malam kopdar dijalankan. Bahkan, 90 persen masyarakat disini merupakan warga bekasi,” tambahnya.
Dijelaskan Husein, satu tahun kebelakangan ini, pihaknya membuat event di bulan tahunan, pada bulan puasa. Misalnya, membuat event dan buka bersama. “Kami support teman-teman di luar daerah. Apalagi, kita kerjasama dengan Debu. Jadi, setiap ada event kita harus saling support. Sementara, kita memiliki event per tahun. Selebihnya, event bulanan kami kembangkan ke daerah srperti Cikampek, Karawang, Subang, dan Bandung. Jadi, untuk rutinitas bulanan dilakukan tiap dua bulan sekali. Untuk event biasanya sama mereka lebih fokus untuk pengajian, santunan, baksos kemudian main musik,” paparnya.
Endingnya, Komunitas Arabian Musik memilih musik. Sejauh ini perkembangan musik gambus cukup berkembang di Bekasi, artinya bisa dibilang sangat berkembang bukan tanpa bukti. Pasalnya, berawal dari berangkatnya bermusik dari Bekasi. Banyak teman-teman yang di Bekasi memilih untuk mengembangkan seni musik di Jakarta. Disaat beberapa tahun kebelakangan karena di Bekasi minim, sehingga timbul rasa ingin mengembangkan musik gambus. “Yang mendukung saya adalah banyak teman-teman disini tapi, belum sempat berkembang seperti di Jakarta. Namun, mulai saat ini dan sekarang sudah mulai berkembang, banyak group dan secara individu berkembang dengan musik arabian atau gambus,” jelasnya.
Husein berharap, untuk Komunitas Arabian Musik Gambus Pekayon. “Kami bisa bareng-bareng membawa seni ini kejenjang yang profesional. Pasalnya, hobi akan menjadi hobi. Tapi,kalau kita kembangkan jauh lebih dari hobi. Hobi hanya sekedar kalimat. Tapi, jika dikembangkan dapat menjadi sumber rejeki, kemudian menjadi sebuah karya. Harapan saya dan teman-teman bisa satu misi dan visi membawa seni ini ke tingkat profesional,” pungkasnya. (Nia/Len)